Beberapa saat lagi Tahun 2018 akan pergi
meninggalkan kita dan tak kan pernah kembali......
Banyak kenangan yang dapat kita rasakan selama tahun2018, baik
itu kenangan yang membuat kita suka cita selalu dan ada juga kenangan yang
membuat kita berduka cita (Hiikkzzz...hiiiiikkkkkzzzzz).
Tepat jam 00.00 WIB, tahun 2019 datang dan kita menyambut
gembira dengan membuat kegiatan seperti menyalakan kembang api, meniupkan
terompet warna-warni, karaoke dan musik, minuman, kue hingga berbagai macam
daging untuk acara bakar-bakar (bukan bakar ban apalagi bakar rumah loh ya,
tapi barbeque-an). Yah, biasanya
acara tahun baruan tidak akan jauh-jauh dari hal-hal itu.
Berbeda dengan acara tahun baruan pada umumnya, orang Batak
punya satu tradisi khas yang dilaksanakan pada malam tahun baru. Halak hita (orang batak) pasti tahu
lah. Yap, Mandok Hata.
Mandok hata itu apaan sich...???
Secara harafiah, Mandok Hata artinya "berbicara". Dan
sebenarnya Mandok Hata ini tidak hanya ada saat tahun baru. Tapi hampir di
setiap ulaon (acara
perkumpulan) orang Batak seperti pesta pernikahan, pemakaman, kelahiran anak,
Natal atau sekadar kumpul keluarga, pasti ada Mandok Hata. Isi Mandok Hata bisa
berupa pemberian nasihat, penghiburan, curhat dan sebagainya.
Mandok Hata dalam konteks tahun baru berarti berbicara di depan
seluruh keluarga yang berkumpul, tentang ucapan syukur, terima kasih, meminta
maaf atas kesalahan yang telah dilakukan selama satu tahun, hingga unek-unek
atau kekesalan dan kekecewaan yang telah lama dipendam. Dan semua orang wajib
berbicara. Yap, SEMUA orang. Tak terkecuali yang muda apalagi yang tua.
Khusus saat malam tahun baru, Mandok Hata seakan punya esensinya
sendiri karena ini merupakan tradisi masyarakat Batak yang telah dilaksanakan
sejak lama dan turun-temurun hingga ke tanah rantau dimanapun mereka berpijak.
Mandok Hata saat malam tahun baru sejatinya adalah momen bagi orang Batak untuk
saling berintrospeksi setelah satu tahun dilewati.
Lonceng gereja ini menjadi penanda bahwa Tahun Baru telah tiba.
Kemudian keluarga Batak akan berkumpul bersama mengadakan kebaktian kecil.
Meskipun hanya segelintir 'jemaat', kebaktian keluarga ini biasanya
mengikuti susunan acara yang sudah diberikan gereja setempat. Tentu tidak
termasuk khotbah pendeta dan koor ama-ina dong ya :)
Begitu jam menunjukkan pukul 00.00, maka seluruh anggota
keluarga baik tua maupun muda akan berkumpul (biarpun ada yang sedang tidur
pasti dibangunkan loh), di dalam suatu ruangan (biasanya ruang tamu atau ruang
keluarga). Setelah kebaktian kecil untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas tahun
yang baru, Mandok Hata pun dimulai.
Setelah kebaktian keluarga usai, acara dilanjutkan dengan
prosesi yang biasanya buat anak-anak ogah-ogahan, yaitu menuangkan isi hatinya
kepada setiap anggota keluarga yang hadir. Maklum saja, sesi curhat ini dimulai
dari usia yang paling muda.
Setiap anggota keluarga wajib mendengarkan keluh kesah, kritik,
saran dan permintaan maaf yang disampaikan. Makanya kalau ada yang lagi Mandok
Hata, yang lain wajib mendengarkan sungguh-sungguh, jangan pulak ngerumpi
kalian. Mentang-mentang giliran kalian sudah lewat... :)
Biasanya sih, setiap orang akan mengakui kesalahan-kesalahan
yang dilakukannya dalam setahun belakangan sambil menangis sampai ngomong
terbata-bata setelahnya, dan kemudian berjanji untuk tidak mengulangi hal yang
sama di tahun depan. (Awal kalau holan hata...)
Setelah semua anggota keluarga selesai mengutarakan isi hatinya,
barulah ditutup dengan doa bersama. Kadang tidak sedikit pula anggota keluarga
yang menangis lagi ketika berdoa bersama.
Setelah Mandok Hata ini selesai barulah orang batak pergi ke
luar rumah untuk melakukan selebrasi pergantian akhir tahun. Ada yang main
mercon, kembang api, barbecue-an, margitar dan banyak lagi. Karena sudah mau
subuh, dapat sisa-sisa perayaan Tahun Baru, tidak apa-apalah..
Karena begitu 'sakralnya malam Tahun Baru bagi orang Batak, tak
heran banyak halak hita di perantauan yang rela-rela beli tiket pulang waktu
tahun baru, meski harganya lagi mahal-mahalnya.
Bagi anak-anak muda zaman sekarang (termasuk saya dulu), tradisi
Mandok Hata adalah salah satu momen yang paling mengkhawatirkan dan paling
tidak ditunggu. Membuat jantung deg-degan dan kepala pusing. Bahkan beberapa
menganggapnya sebagai momok dan berusaha mencari berbagai macam alasan supaya
tidak ikut acara yang satu ini. Tapi apa daya hal itu tidak akan mungkin
terjadi, karena ancaman orang tua lebih menakutkan! Jadi jangan harap anak-anak
muda bisa ikut hepi-hepi di luar sana main kembang api dan terompet saat tahun
baru. Ikut acara Mandok Hata, wajib hukumnya. Biasanya mereka akan
diperbolehkan keluar setelah selesai acara. Tapi kalau selesainya saja subuh,
gak guna lagi lah kan keluar sana? Pesta kembang apainya sudah selesai,
ujung-ujungnya tidur.
Lalu kenapa sih sampai bikin ketakutan begitu? Lebay banget kan.
Kalau dipikir-pikir sih ya sebenarnya tidak ada apa-apa juga.
Hanya saja, saat Mandok Hata, biasanya suasananya lebih serius dan khusuk.
Dalam tradisi orang batak, berbicara di depan keluarga itu ada seni tersendiri.
Tutur kata yang baik dan terstruktur sangat diperhatikan. Kalau yang berbicara
anak-anak sih, mau seperti apa dan sesingkat apapun tidak jadi masalah. Tapi
bagi yang sudah remaja, tutur kata pasti mulai diperhatikan. Dan bila kita
tidak biasa berbicara di depan umum atau tidak biasa bicara dari hati ke hati
antaranggota keluarga, pastilah merasa gugup.
Saat tiba giliran, mendadak semua rangkaian kata yang sudah
disusun sejak pagi tiba-tiba buyar. Akhirnya apa yang kita bicarakan jadi
berantakan dan tidak terstruktur. Agaknya itulah yang menjadi alasan utama anak
muda zaman sekarang tidak begitu antusias mengikuti acara khas Tahun Baruan
ini, selain karena memang waktunya yang terlalu lama atau karena banyak yang
bicaranya bertele-tele.
Jawaban lain yang diungkapkan anak muda zaman now saat ditanya kenapa tidak suka
ikut acara Mandok Hata antara lain, jika intinya adalah ucapan syukur, terima
kasih, curhat, meminta maaf dan introspeksi, seharusnya bisa dilakukan setiap
saat, di mana saja dan kapan saja. Jadi tidak perlu menunggu saat akhir tahun. Tidak
pun harus selalu diiringi dengan isak tangis (banyak yang berpendapat kalau
tidak nangis, gak afdol), karena justru dengan menangis akan memperlama waktu.
Lalu saya sendiri bagaimana? Jujur saja, saya 50:50. Saya
menghargai Mandok Hata sebagai suatu tradisi dan saya tidak terlalu keberatan
menjalaninya, apalagi kalau memang kebetulan sedang berkumpul dengan sanak
saudara. Tapi saya akan lebih memilih berdoa sendiri atau bersama keluarga
terdekat dengan khusuk saat tahun baru. Perkara saling mengucapkan terima
kasih, meminta maaf dan introspeksi, saya setuju hal tersebut bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja.
Bagaimana pun, Mandok Hata memberi manfaat positif bagi kita
yakni melatih kita untuk berani berbicara dengan baik dan terstruktur di
hadapan umum. Mirip public speaking
gitu deh. Sekaligus membiasakan kita untuk sabar mendengarkan dan menyimak
orang lain yang sedang berbicara kepada kita. Karena pada kenyataannya
mendengarkan itu lebih sulit daripada berbicara.
Sekali lagi, Mandok Hata saat tahun baru dalam budaya orang
Batak adalah suatu tradisi. Kalau pun kita sebagai orang Batak tidak bisa atau
tidak memungkinkan untuk melaksanakannya, setidaknya ingatlah selalu dan jangan
lupa bahwa kita memiliki sebuah tradisi unik yang berbeda dari lainnya untuk
menyambut tahun baru.
Bagi yang tidak tidak bisa pulang karena alasan pekerjaan atau
kuliah, biasanya mereka akan menahan tangis tengah malam. Dan ketika
mamak-bapak telepon, barulah air mata itu tumpah...hehe
Nah, bagi kalian yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga malam
Tahun Baru ini, sabar ya. Yakinlah karena tahun depan kalian pasti bisa
berkumpul lagi....
Demikian artikel ini saya tuliskan semoga bermanfaat bagi para
pembaca tak lupa saya menyampaikan SELAMAT TAHUN BARU 2019 bagi kita semua.